NARASI FIKSI
TUGAS NARASI FIKSI
RUBEN 15.12.016849
DINDA MUTIA 15.12.016448
RISZA HAITAMI 15.12.017045
JUDUL
|
INDAH TAK MENYATU
|
CAST
|
RUBEN Sebagai
ALIANDO
DINDA MUTIA Sebagai NABILA
RISZA HAITAMI Sebagai RHOMA
(AYAH ALIANDO)
|
SINOPSIS
|
Tahun keenam kisah cinta
Aliando dan Nabila berjalan hingga akhirnya memutuskan ingin mengarungi hidup
berumah tangga. Namun perbedaan budaya yang dimiliki oleh Aliando sebagai
seorang berdarah Minang yang sangat dikekang oleh Abaknya, akan menuntut jika
nanti Aliando menikah adalah dengan sesama orang Minang.
Cinta yang dimiliki keduanya
justru menjadikan adat budaya dalam tradisi pernikahan muncul dengan segala
perbedaanya. Bagaimana seorang gadis asal Yogyakarta, Nabila, harus
menghadapi kenyataan menjalin cinta dengan seorang lelaki berdarah Minang
yang harus bergelut dengan adat dan budaya dalam menuju pernikahan.
Akankah mereka bersatu?
|
|
|
SCRIPT “INDAH TAK MENYATU”
SCENE
1
|
Loc.
:
Kantin Kampus
Scene
:
Aliando dan Nabila sedang berada di
kantin kampus pada siang hari menuju waktu zuhur. Mereka duduk berdua
membicarakan masalah akhir masa studi mereka dan kelanjutan hubungan mereka
Cast
:
Aliando, Nabila
|
||
Nabila
(N)
|
:
|
“Transkrip nilai dan ijazah kamu sudah beres, Mas?”
|
|
Aliando
(A)
|
:
|
“Udah Dek, kemarin sudah selesai dibantuk Bapak Junaidi. Punya kamu
gimana? Sudah ketemu dengan Ibu Nurul?
|
|
N
|
:
|
“Sudah, cuma ibunya lagi repot mas. Galau saya. Mana lagi tanggal
rencana pernikahan kita udah deket, dan aku masih kepikiran Abakmu mas.
Beliau sepertinya tidak ada tanda-tanda setuju”
|
|
A
|
:
|
“Kamu lagi pecah konsentrasi ya? Sampai semuanya disampaikan begitu?”
|
|
N
|
:
|
“Iya Mas, aku ngga enak hati”
|
|
A
|
:
|
“Hmm.. coba diselesaikan satu-satu dulu yaa”
|
|
N
|
:
|
“Iya Mas. Oia, toga wisuda kamu dimana? Ada dibawa kan? Deadline
pengembalian hari ini loo.
|
|
A
|
:
|
“Astagfirullah, ketinggalan di ruang tamu rumah tadi. Mas lupa. Kita
balik ke rumah Mas sebentar ya.”
|
|
N
|
:
|
“Ya sudah, sekalian makan di rumah aja ya biar hemat kalo gitu”
|
|
Bridging
|
Mereka berdiri dan menuju ke Halaman Parkir dan mengambil Sepeda Motor
Nabila dan kemudian berangkat menuju rumah Aliando.
|
||
SCENE
2
|
Loc.
:
Ruang Tengah Rumah
Scene
:
Setelah selesai makan siang di rumah, mereka
bersiap mengambil toga wisuda di ruang tamu dan keluar rumah. Namun pada saat
mereka ingin keluar rumah, bersamaan Abak Aliando masuk dari arah pintu
depan.
Cast
:
Aliando, Nabila, Abak Aliando (Rhoma)
|
||
Rhoma
(R)
|
:
|
“Assalammualaikum”
|
|
Aliando
(A)
|
:
|
“Waallaikumsalam, Abak, Tumben pulang ke rumah jam makan siang?!”
|
|
R
|
:
|
“Hmm ya. Ada berkas Abak tertinggal di ruang kerja. Kamu sama siapa?
|
|
A
|
:
|
“Dengan Nabila, Abak”
|
|
R
|
:
|
“Nabila? Di sini? Bukannya kalian sudah tidak bersama lagi sejak
kejadian tempo hari”
|
|
A
|
:
|
“, jangan begitu, kedatangan orang tua nabila waktu itu adalah memang
ini benar-benar menjadi bentuk keseriusan kami. Janganlah terlalu kaku adat
keluarga kita. Ini masalah cinta Abak, kasih sayang”
|
|
R
|
:
|
“Abak tidak peduli, kamu adalah keturunan Abak, kita orang Minang,
harus mendapatkan jodoh yang baik pula, sewajibnya adalah orang Minang Pula.”
|
|
A
|
:
|
“Abak! Jangan berkata begitu, Nabila ada disini!”
|
|
R
|
:
|
“Biarkan saja, biar dia mengerti, kita dan dia berbeda. Kita dari
sumatera, dia orang jawa, walaupun kita tinggal di Jogja saat ini karena
penugasan Abak, tak berarti kau harus mendapatkan gadis Jogja. Abak tidak
setuju!”
|
|
A
|
:
|
“Oke Abak, jadi kita membahas hal ini lagi? Baiklah, saya mohon dengan
sangat kepada Abak, untuk memberikan kami waktu untuk mencari jalan keluar
dari masalah ini. Tidak ada yang salah dengan Saya keturunan Minang, menikah
dengan seorang Gadis Jawa. Ini masalah cinta Abak, tidak bisa dipaksakan.
Tolonglah mengerti Abak..”
|
|
N
|
:
|
*Muncul tiba-tiba
“Bapak Rhoma, Saya mohon maaf, saya benar-benar tidak ingin menambah
permasalahan lagi bagi Aliando, saya benar-benar mengerti kami dari keluarga
kurang mampu, yang belum sanggup memenuhi biaya lamaran hingga nanti jika
sampai ke pernikahan.”
|
|
A
|
:
|
“Tenang Nabila”
|
|
N
|
:
|
“Jangan Aliando, harusnya kamu bisa mengerti perbedaan budaya kita,
saya sebagai perempuan harusnya memahami bagaimana keluarga Minang menjaga
garis keturunan mereka untuk mendapatkan kehidupan yang baik sesuai dengan
adat dan budaya. Kita sangat berbeda, sebagai perempuan aku yang harusnya
menurut padamu. Karena adat dan budaya yang kalian pegang sangat erat dan
kuat.”
|
|
R
|
:
|
“Bagus Nabila, kalau kamu memahami, rasanya cukup bagi saya untuk
menjelaskan tentang bagaimana kalian kedepannya. Coba kau tanya Amakmu, pasti
jawabannya sama”
|
|
A
|
:
|
“Tidak, Abak. Amak sebenarnya sudah setuju sejak lama, namun Abak tak
pernah memberikan kami kesempatan berbicara. Abak terlalu kaku dengan adat
kita sendiri.”
|
|
R
|
:
|
“kau berani sudah menentang Abakmu sendiri? Kau pikirkan baik-baik
dengan ucapan kamu tadi anakku! Kau pandang lagi keluarga kita, Antan, Enek,
Ante, Pak Tuo, dan seluruh keluarga besar Minang kita!”
|
|
A
|
:
|
“Mohon ampun Abak, saya hanya mohon pengertian Abak. Berikan kami waktu
lagi untuk berpikir.”
|
|
R
|
:
|
“Bagus, pikirkanlah sebaik-baiknya kau bisa berpikir. Abak hendak
mengurus yang lebih penting dari sekedar perbincangan ini.”
*Berlalu meninggalkan ruang tamu
|
|
A
|
:
|
“Mohon ampun Abak”.
|
|
Bridging
|
Kemudian Ayah Aliando menuju ke dalam rumah meninggalkan Aliando dan
Nabila yang masih berdiri kebingungan di ruang tamu.
|
||
N
|
:
|
“Mas, sebaiknya aku pulang dulu. Biarkan kita berpikir masing-masing.
Tak bisa dipaksakan jika Ayahmu masih berkeras hati. Minta kepada Allah SWT
agar dapat meluluhkan hati ayahmu untuk hubungan kita.”
|
|
A
|
:
|
“Aku antar kau pulang ya dek.”
|
|
N
|
:
|
“Tidak usah, kamu sudah di rumah, janganlah kamu keluar lagi. Toga
wisuda ini biar aku yang kembalikan”
|
|
A
|
:
|
“Baiklah, kau hati-hati ya dek. Aku harus berbicara banyak lagi dengan
Abakku.”
|
|
N
|
:
|
“Nabila pamit Mas, Assalamualaikum.”
|
|
A
|
:
|
“Waalaikumsalam”
|
|
Bridging
|
Nabila kemudian menuju ke Sepeda Motornya dan pergi berlalu dari rumah
Aliando.
|
||
SCENE
3
|
Loc.
:
Ruang Tengah Rumah
Scene
:
Setelah Nabila pulang, Aliando tetap
duduk terdiam di ruang tamu sambil memikirkan perihal keributan kecil bersama
dengan Ayahnya yang baru saja terjadi. Hingga akhirnya Ayah Aliando, mengajak
anaknya berbicara kembali.
Cast
:
Aliando, Abak Aliando (Rhoma)
|
||
Rhoma
(R)
|
:
|
“Masih berpikir keras dengan apa yang kita bicarakan tadi?”
|
|
Aliando
(A)
|
:
|
“Ya Abak, kenapa Abak masih berkeras hati dengan pilihan Saya.”
|
|
R
|
:
|
“Anakku, kita sebagai orang minang, harus menjaga garis keturunan agar
terjaga. Jika nanti kamu menikah dengan Nabila, kita akan bercampur dengan budaya-budaya
orang jawa. Ayah tak ingin kamu akhirnya menjadi seperti mereka.”
|
|
A
|
:
|
“Abak, tidak ada yang salah dengan berbedanya suku diantara pernikahan
kami nanti. Seharusnya Abak lebih terbuka dan menghargai terhadap budaya yang
ada. Terlebih lagi ini adalah perihal keputusan masa depanku.’
|
|
R
|
:
|
“Abak hanya ingin kau berpikir lagi, abak
ingin yang terbaik untuk keluarga kita.”
|
|
A
|
:
|
“Apakah nanti Abak menjamin jika aku
menikah dengan sesama dengan orang Minang, aku akan bahagia? Kita hanya
berbeda budaya, kita adalah manusia yang harus hidup dalam kebahagiaan bukan
mencari-cari perbedaan. Cobalah Abak, bantu anakmu ini memilih keputusan
baiknya.”
|
|
R
|
:
|
“Hmm.. kau coba berbicaralah pada Amakmu,
mungkin jawabanku bisa kau temukan padanya.”
|
|
Bridging
|
Akhirnya Ayah Aliando menuju keluar
rumah, dan Aliando tetap duduk sambil terus merenung dengan jawaban Ayahnya.
Karena dari semua perbincangan, ternyata jawaban yang utama adalah berasal
dari Ibunya.
|
||
END
|
|||
Komentar
Posting Komentar