KEMUHAMMADIYAHAN II

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang
          Masyarakat utama, dalam perspektif sekuler difahami sebagai sebuah tatanan
kehidupan masyarakat yang mencapai kemakmuran secara ekonomi, seperti tergambar dalam karyanya Adams Smith “the wealth of nations”. Ia membahas bagaimana suatu masyarakat bisa mencapai kemakmuran, yakni jika setiap orang diberi kebebasan untuk memenuhi kepentingannya sendiri sehingga seluruh kepentingan umum tercapai. Masyarakat yang makmur adalah masyarakat yang menerapkan aturan pasar bebas dan pengakuan atas hak pribadi. Itulah cita-cita masyarakat ekonomi dari perspektif liberalisme atau kapitalisme. Lain halnya dengan pandangan sosialis, yang dianggap masyarakat utama menurut Karl Marx, adalah masyarakat tanpa kelas (classless society).
          Muhammadiyah dalam kaitan ini perlu terus menerus merumuskan dan merivitalisasi perannya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berperadaban, berkeadilan, serta berdaya secara ekonomi. Tekad tersebut tercermin dalam berbagai amal usaha Muhammadiyah yang telah dikembangkan, walau dalam perjalanan berikutnya mengalami kendala dalam pelaksanaannya dan belum sepenuhnya terealisasikan dengan baikan.
          Banyaknya masyarakat kita yang sekarang tidak mampu membuat muhammadiyah untuk terus mengembangkan dan memperbaiki ekonomi anggota dan umat. Dimana pada era globalisasi sekarang ini ekonomi liberalisme dan kapitalis yang telah berkembang sehingga membuat masyarakat kita merasa tertekan.Sehingga pada saat ini bagi masyarakat kita yang kehidupannya menengah kebawah hidupnya merasa susah. Pada saat inilah peran muhammadiya hsangat diperlukan sebagai organisasi besar di Indonesia untuk ikut serta dalam perekonomian yang memberatkan umatnya. Dengan fasilitas dan media yang dimiliki oleh muhammadiyah, maka dapat digunakan untuk bergerak dalam bidang ekonomi demimewujudkan masyarakat yang sebenar-benarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Dari mana sumber kekuatan ekonomi Muhammadiyah ?
2. Bagaimana Muhammadiyah dan kelas menengah?
3. Bagiamana pasang surut gerakan ekonomi Muhammadiyah?
4. Apa saja model atau contoh gerakan ekonomi Muhammadiyah?

C. Tujuan
1. Mengetahui sumber kekuatan ekonomi Muhammadiyah.
2. Muhammadiyah dan kelas menengah.
3. Mengetahui pasang surut gerakan ekonomi Muhammadiyah.
4. Mengetahui model atau contoh gerakan ekonomi Muhammadiyah.















BAB II
PEMBAHASAN


A. Sumber Kekuatan Ekonomi Muhammadiyah
          Muhammadiyah dalam menjalankan gerakan dakwah amar ma'ruf nahi munkarnya selalu berdasarkan kepada ajaran tauhid dan tawakkal kepada Allah, sehingga setiap orang Muhammadiyah dapat menjadi contoh dalam kancah pembangunan dan pengembangan masyarakat. Dalam menjalankan gerakan tersebut Muhammadiyah memiliki beberapa amal usaha. Di antara amal usaha Muhammadiyah meliputi Bidang Kemasyarakatan yang salah satu tujuannya adalah menciptakan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin sebagaimana yang telah menjadi rumusan cita-cita perjuangan Muhammadiyah mengenai "masyarakat utama".
          Berdasarkan Anggaran Dasar Muhammadiyah :
a.    Ayat 1 menyebutkan:  “Untuk            mencapaimaksud        dan      tujuannya, Muhammadiyah melaksanakan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan”.
b.    Ayat 2 menyebutkan :“Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan yang macam dan penyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga”.
          Kegiatan ekonomi untuk memperkuat finansial bagi sebuah organisasi, seperti
Muhammadiyah, pada hakikatnya merupakan bagian terpenting untuk memperlancar gerakan Muhammadiyah dalam mencapai tujuannya. Di samping itu, gerakan ekonomi persyarikatan Muhammadiyah juga akan berdampak pada pemberdayaan ekonomi warganya, dengan upaya menciptakan lapangan kerja dan mengatasi problem pengangguran yang semakin besar, dan angka kemiskinan yang makin membengkak yang dapat mengancam eksitensi iman.
          Progam pembinaan ekonomi umat merupakan kepedulian sejak lama, karena memang konsisten Muhammadiyah sejak dahulu wirausahawan reformis malah sejak lama merupakan perintis perdagangan dan industri di kalangan pribumi.Hal ini dilakukan dengan penyusunan sebuah progam yang didasarkan pada konsep misi danvisi tertentu. Pada dasarnya, Majlis Pembina Ekonomi membina ekonomi umat
melalui tiga jalur, yaitu:
a.  Mengembangkan Badan Usaha Milik Muhammadiyah yang mempresentasikan kekuatan ekonomi organisasi Muhammadiyah.
b.  Mengembangkan wadah koperasi bagi anggota Muhammadiyah.
c.  Memberdayakan anggota Muhammadiyah dibidang ekonomi dengan mengembangkan usaha-usaha milik anggota Muhammadiyah.
          Dengan mengembangkan ekonomi itu, Muhammadiyah telah memiliki aset atau sumberdaya yang bisa dijadikan modal. Aset pertama adalah sumber daya manusia, yaitu anggota Muhammadiyah sendiri, baik sebagai produsen, Kedua, kelembagaan amal usaha yang telah didirikan, yaitu berupa sekolah, universitas, lembaga latihan, poliklinik, rumah sakit dan panti asuhan yatim piatu. Ketiga, organisasi Muhammadiyah itu sendiri sejak dari pusat, wilayah, daerah, cabang danranting.

B. Muhammadiyah dan Kelas Menengah
          Kegiatan bisnis bagi Muhammadiyah merupakan bagian yang amat penting untuk memperlancar gerakan Muhammadiyah mencapai tujuannya. Di samping itu, gerakan ekonomi Muhammadiyah akan berdampak pada pemberdayaan ekonomi warganya, dengan upaya menciptakan lapangan kerja dan mengatasi problem pengangguran yang semakin besar. Kegiatan amal usaha Muhammadiyah yang palingmenonjol adalah di bidang pendidikan dan kesehatan yang pada dasarnya telah berkembang menjadi pusat bisnis, karena dalam pengembangan badan amal usaha itu terjadi transaksi jual beli barang dan jasa yang diperlukan oleh badan amal usaha tersebut. Oleh sebab itu, Muhammadiyah perlu memikirkan secara profesional gerakan ekonominya sehingga menjadi pusat gerakan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
          Setidaknya ada tiga pendekatan yang dapat ditempuh oleh Muhammadiyah dalam upaya memberdayakan ekonomi masyarakat yaitu :
1. Pendekatan struktural yang bertujuan mempengaruhi kebijaksanaan publik agar terbuka akses rakyat terhadap sumber-sumber ekonomi.
2. Pendekatan fungsional dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan mengalokasikan secara efisien dan produktif sumber daya yang dapat dihimpun.
3. Pendekatan kultural dengan mengembangkan nilai yang memperkuat etoskerja dan etika bisnis.

C. Pasang Surut Gerakan Ekonomi Muhammadiyah
          Sejajar dengan perkembangan muhammadiyah yang berkembang pesat, dibalik itu semua juga menghadapi tantangan dalam diri muhammadiyah itu sendiri sehingga diperlukan introspeksi bagi seluruh jajaran Muhammadiyah. Kelemahan tersebut berkisar antara lain :
a.  Terlambat atau tidak meningkatkan kualitas dan intensitas pengelolaan masjid dan amal usaha secara optimal dan secara lebih baik
b.Lalai dalam menjaga milik sendiri
c.  Tidak selektif dalam menerima anggota atau mereka yang bekerja di amal usaha dan kurang pembinaan
d.  Kurang atau tidak memiliki militansi yang tinggi, berkiprah apa adanya, dan berbuat sendiri-sendiri atau sibuk sendiri tanpa terkait dengan kepentingan Muhammadiyah
e. Lebih tertarik pada urusan politik dan hal-hal yang bersifat mobilitas diri serta tidak peduli pada kepentingan dakwah dan menggerakkan Muhammadiyah
f. Kurang solid dan konsolidasi gerakan
g. Kurang/lemah komitmen, pemahaman, dan pengkhidmatan terhadap misi serta kepentingan Persyarikatan.


D. Model atau Contoh Gerakan Ekonomi Muhammadiyah
          Beberapa bidang kegiatan usaha yang perlu menjadi fokus perhatian gerakan ekonomi Muhammadiyah untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat, antara lain:
a.     Lembaga keuangan yang dapat berputar di antara badan amal usaha Muhammadiyah ini tentulah sudah amat besar. Sebagai indikatornya, antara lain adalah pengadaan obat untuk Rumah sakit milik Muhammadiyah di Jakarta, demikian pula pemasukan uang SPP salah satu Universitas Muhammadiyah. Di mana lembaga keuangan ini diharapkan bisa mengambil bentuk perbankan pada umumnya atau lembaga keuangan lebih khusus untuk keperluan internal dan pembiayaan serta pengembangan usaha

b.    Sektor industri yang perlu segera dikembangkan adalah industri yang menunjang pengadaan barang atau perlengkapan yang diperlukan secara rutin oleh badan amal usaha Muhammadiyah, seperti industri obat-obatan, industri kertas, dan lain-lain.

c.     Trading usaha ini dapat dilakukan dalam skala yang besar, di mana basis penunjangnya sudah ada pada unit-unit usaha kecil, kemudian dikelola secara modern menggunakan teknologi canggih. Trading ini dapat dilakukan melaluikerja sama dengan berbagai pihak.
          Model Pemberdayaan Ekonomi Muhammadiyah Muhammadiyah dalam pemberdayaan ekonominya, memiliki sejumlah paket program aksi pemberdayaan di antaranya sebagai berikut:
a.  Membangun sentra kemandirian ekonomi umat di tingkat Ranting dan cabang, yaitu dengan cara memberdayakan jama’ah yang ada pada tingkat ranting Muhammadiyah menjadi kelompok swadaya masyarakat yang disebut sebagai Jama’ah Swadaya Muhammadiyah (JSM) yang terdiri dari 10-25 anggota yang merupakan kerjasama warga Muhammadiyah dalam menetapkan konsep tolong-menolong (ta'awun) di bidang ekonomi dengan membentuk kelompok usaha bersama, kelompok koperasi atau kelompok konsumen. Pada tingkat cabang, Jama’ah Swadaya Muhammadiyah yang telah ditumbuhkan, diorganisasikan untuk membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM) sebagai wadah kerjasama Muhammadiyah dalam memecahkan masalah permodalan dan pembiayaan pada potensi swadaya yang mereka miliki. LKM yang dimaksud dapat membentuk Baitul Maal wat Tamwil (BMT), dan Koperasi Simpan Pinjam. Selain membentuk LKM di tingkat cabang, JSM secara bersama juga didorong untuk mendirikan suatu Usaha Unggulan Jama’ah (UUJ) sebagai kegiatan usaha bersama pada sektor riildalam bidang produksi atau distribusi dengan mengutamakan peningkatan pengelolaan sumber daya lokal untuk memanfaatkan peluang yang terbuka. Wujud dari UUJ dapat berupa Perseroan Terbatas, CV, dan lainnya.

b. Mengembangkan organisasi sekunder dan badan-badan usaha pendukung tingkat daerah dan wilayah. Untuk memperkuat amal usaha di bidang ekonomi pada tingkat ranting dan cabang, maka pada tingkat daerah dan wilayah ditumbuhkan dan dikembangkan badan-badan usaha sekunder yang dapat berwujud organisasi sekunder koperasi, Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) dan Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM).

c. Mengembangkan infrastruktur ekonomi, lembaga, dan instrumen pendukung di tingkat pusat. Majelis ekonomi di tingkat pusat bertugas menumbuhkan infrastruktur ekonomi Muhammadiyah dalam rangka mendukung berbagai kegiatan usaha ekonomi yang dilancarkan sejak dari tingkat ranting sampai tingkat wilayah.






BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
          Muhammadiyah adalah suatu organisasi yang tidak hanya bergerak dalam satu
bidang saja,hal ini dapat terlihat dengan adanya lembaga-lembaga yang berada dibawah Bidang Ekonomi yang berguna untuk membantu kesejahteraan kehidupan anggota muhammadiyah dan umat. Dengan mengembangkan ekonomi itu, Muhammadiyah telah memiliki aset atau sumber daya yang bisa dijadikan modal dan pendanaan dalam menjalankan amal usaha yang lainnya. Untuk mencapai semua itu diperlukan usaha dan partisipasi dari warga muhammadiyah dan bantuan dari pihak luar untuk mencapai visi danmisi dari muhammadiyah tersebut.

















DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/nununkfharm/implementasi-nilai-ekonomi-dalam-program-muhammadiyah?related=1 diunduh pada 16 Mei 2015


Komentar

Postingan Populer