KEALAMAN DASAR
Banyak Warga Cimahi yang Masih Buang Limbah Domestik
ke Sungai
CIMAHI – Penduduk di Kota Cimahi masih banyak yang belum mengolah air limbah
domestiknya. Bahkan berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Cimahi, di 2015 pelayanan air limbah di Cimahi baru mencapai 68,17%.
Guna meningkatkan kesadaran dalam pengolahan limbah domestik, Pemkot Cimahi
berkomitmen mendukung program 100-0-100 yang merupakan program pemerintah dalam
pelayanan sanitasi.
Wali Kota Cimahi Atty Suharti mengatakan dalam kaitan dengan pelayanan
sanitasi, pemerintah pusat telah menetapkan tiga prioritas nasional. Tujuannya
adalah untuk mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni, sehat, dan
berkelanjutan.
“Program sanitasi itu disebut program 100-0-100. Artinya 100 persen kemudahan
akses air bersih, 0 persen luasan kawasan kumuh dan 100 persen lingkungan yang
sanitasinya sehat,” terang Atty, Rabu (2/3/16).
Sebagai wujud dukungan program tersebut pihaknya telah menjabarkan program
itu dalam dokumen pemutahiran strategi sanitasi kota. Hal ini salah satu upaya
untuk terus meningkatkan kesadaran warga agar mau mengolah air limbah
domestiknya terlebih dahulu dan tidak membuangnya langsung ke sungai.
“Banyaknya limbah domestik yang langsung dibuang. Itu cukup ironis karena
nantinya berdampak pada kualitas sumber air masyarakat,” sesalnya.
Berbagai upaya pun telah dilakukan pihaknya untuk meningkatkan akses
sanitasi yang aman seperti kegiatan sanitasi lingkungan berbasis masyarakat,
pembangunan MCK dan jamban keluarga, serta pembangunan sistem pengolahan air
limbah terpusat skala lingkungan.
“Tahun ini Cimahi jadi pilot projek layanan lumpur tinja terjadwal, untuk
mengurangi tingkat pencemaran air tanah dari septic tank secara berkala. Untuk
itu kami berharap program sanitasi di Cimahi bisa berjalan sukes,” harap Atty. (fik)
Analisa :
Seharusnya limbah
domestik itu di tangani dengan baik dan saya setuju dengan Pemkot Cimahi yang
berkomitmen mendukung program 100-0-100 yang merupakan program pemerintah dalam
pelayanan sanitasi untuk penanganan limbah yang ada di cimahi. Ada beberapa
cara dalam penganan limbah domestik yaitu :
Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan cara-cara :
A.
Cara Fisika, yaitu
pengolahan limbah cair dengan beberapa tahap proses kegiatan yaitu :
1.
Proses Penyaringan (screening), yaitu menyisihkan bahan tersuspensi yang
berukuran besar dan mudah mengendap.
2.
Proses Flotasi, yaitu menyisishkan bahan yang mengapung seperti minyak dan
lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya.
3.
Proses Filtrasi, yaitu menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi
dari dalam air atau menyumbat membran yang akan digunakan dalam proses osmosis.
4.
Proses adsorbsi, yaitu menyisihkan senyawa anorganik dan senyawa organik
terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air
buangan tersebut, biasanya menggunakan karbon aktif.
5.
Proses reverse osmosis (teknologi membran), yaitu proses yang dilakukan
untuk memanfaatkan kembali air limbah yang telah diolah sebelumnya dengan
beberapa tahap proses kegiatan. Biasanya teknologi ini diaplikasikan untuk unit
pengolahan kecil dan teknologi ini termasuk mahal.
6.
Cara kimia, yaitu pengolahan air buangan yang dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat,
senyawa fosfor dan zat organik beracun dengan menambahkan bahan kimia tertentu
yang diperlukan. Metode kimia dibedakan atas metode nondegradatif misalnya
koagulasi dan metode degradatif misalnya oksidasi polutan organik dengan
pereaksi lemon, degradasi polutan organik dengan sinar ultraviolet dll.
7.
Cara biologi, yaitu pengolahan air limbah dengan memanfaatkan
mikroorganisme alami untuk menghilangkan polutan baik secara aerobik maupun
anaerobik. Pengolahan ini dianggap sebagai cara yang murah dan efisien
B.
Metode pengolahan limbah cair, meliputi beberapa cara
:
1. Dillution
(pengenceran), air limbah dibuang ke sungai, danau, rawa atau laut
agar mengalami pengenceran dan konsentrasi polutannya menjadi rendah atau
hilang. Cara ini dapat mencemari lingkungan bila limbah tersebut mengandung
bakteri patogen, larva, telur cacing atau bibit penyakit yang lain. Cara ini
boleh dilakukan dengan syarat bahwa air sungai, waduk atau rawa tersebut tidak
dimanfaatkan untuk keperluan lain, volume airnya banyak sehingga pengenceran
bisa 30 -40 kalinya, air tersebut harus mengalir.
2. Sumur
resapan, yaitu sumur yang digunakan untuk tempat penampungan air limbah yang telah
mengalami pengolahan dari sistem lain. Air tinggal mengalami peresapan ke
dalam tanah, dan sumur dibuat pada tanah porous, diameter 1 – 2,5 m dan
kedalaman 2,5 m. Sumur ini bisa dimanfaatkan 6 – 10 tahun.
3. Septic
tank, merupakan metode terbaik untuk mengelola air limbah walaupun biayanya
mahal, rumit dan memerlukan tanah yang luas. Septic tank memiliki 4 bagian
ruang untuk tahap-tahap pengolahan, yaitu :
a. Ruang pembusukan, air kotor akan
bertahan 1-3 hari dan akan mengalami proses pembusukan sehingga menghasilkan
gas, cairan dan lumpur (sludge)
b. Ruang lumpur, merupakan ruang empat
penampungan hasil proses pembusukan yang berupa lumpur. Bila penuh lumpur dapat
dipompa keluar
c. Dosing chamber, didalamnya terdapat
siphon McDonald yang berfungsi sebagai pengatur kecepatan air yang akan
dialirkan ke bidang resapan agar merata
d. Bidang resapan, bidang yang menyerap
cairan keluar dari dosing chamber serta menyaring bakteri patogen maupun
mikroorganisme yang lain. Panjang minimal resapan ini adalah 10 m dibuat pada
tanah porous.
4. Riol
(parit), menampung semua air kotor dari rumah, perusahaan maupun lingkungan. Apabila
riol inidigunakan juga untuk menampung air hujan disebut combined system.
Sedang bila penampung hujannya dipisahkan maka disebut separated system. Air
kotor pada riol mengalami proses pengolahan sebagai berikut :
a. Penyaringan
(screening), menyaring benda-benda yan mengapung di air
b. Pengendapan (sedimentation), air limbah
dialirkan ke dalam bak besar secara perlahan supaya lumpur dan pasir mengendap.
c. Proses biologi (biologycal proccess),
menggunakan mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik
d. Saringan pasir (sand
filter)
e. Desinfeksi (desinfection), menggunakan
kaporit untuk membunuh kuman
f. Dillution
(pengenceran), mengurangi konsentrasi polutan dengan membuangnya di sungai /
laut.
Komentar
Posting Komentar